Hari itu, penonton lomba lari marathon sudah banyak yang meninggalkan stadion. Kilatan kamera wartawan juga sudah tidak ada lagi. Suasana sudah menjadi cukup sepi. Lombanya sudah berakhir? Belum. Tiba-tiba, beberapa orang yang masih di sekitar lapangan stadion dikejutkan oleh bunyi sirene yang terdengar kencang sekali. Itu adalah sirene dari mobil polisi yang memasuki stadion. Di belakangnya, seorang pelari setengah pincang berlari dengan susah payah memasuki stadium Olympic Mexico City yang sudah berangsur gelap. Ya, Anda tidak salah membaca. Memang pelarinya setengah pincang.
Pelari tersebut terlibat insiden kecelakaan fatal dengan pelari lainnya pada awal perlombaan lari marathon. Ia diminta berhenti berlari karena darahnya berceceran. Anda tahu, ia menolaknya. Ia tetap berusaha berlari menuju garis akhir walau sudah lebih dari satu jam, pemenangnya bahkan sudah ditentukan. Dan tentu saja, dengan setengah terpincang. Namanya John Stephen Akhwari dari Tanzania. Dia adalah pelari terakhir yang memasuki garis finis dalam kondisi stadion sudah sepi dan berangsur gelap.
Anda tahu apa yang dikatakannya ketika seseorang bertanya ‘kenapa dia tidak berhenti saja’? Ini jawabnya.“Negara saya tidak mengirim saya ribuan mil hanya untuk memulai pertandingan, mereka mengirim saya ribuan mil untuk menyelesaikannya.”
(Disadur dari kisah nyata John Stephen Akhwari)
(Disadur dari kisah nyata John Stephen Akhwari)
-----------------------
Di luar sana, selain kita ada banyak sekali yang memulai sesuatu, sama seperti kita. Yang berbeda, hanya apa yang dilakukan. Dan, mereka ingin menyelesaikannya juga, sama seperti kita.Jadi, kita tidak sendirian dalam berjuang. Tidak pernah sendirian. Maka, kapan pun kita ingin menyerah, berhenti, atau melupakan semua, ingat lagi tujuan kita kenapa kita memulainya. Juga, ingat lagi bahwa kita tidak sendirian. Kita berjuang bersama di seluruh dunia untuk menyelesaikan apa yang masing-masing kita mulai. Kalaupun kita jatuh, banyak juga yang mengalaminya. Tetapi, banyak juga yang bangun lagi, dan berusaha lagi untuk menyelesaikannya.
Lagi pula, Tuhan tidak mengirimkan sesuatu agar kita hanya memulainya. Tentu saja Tuhan mengirimkan itu untuk kita selesaikan.
Bukankah begitu? Sejak semula, ketika pertama kali kita memulai sesuatu, juga karena ingin menyelesaikannya, bukan?
Kalau begitu, ayo kita selesaikan apa pun yang sudah kita kerjakan. Jangan menunda berlama-lama. Mimpi dan masa depan kita, ditentukan oleh apa pun yang kita lakukan setiap hari, setiap menit, dan detiknya.
Kita tidak pernah sendirian dalam menyelesaikan apa yang sudah kita miliki. Sebagian besar orang di seluruh dunia, juga sdang melakukannya dalam waktu yang sama meski bentuk perjuangannya berbeda-beda.
Kita tidak pernah sendirian dalam menyelesaikan apa yang sudah kita miliki. Sebagian besar orang di seluruh dunia, juga sdang melakukannya dalam waktu yang sama meski bentuk perjuangannya berbeda-beda.
*Tulisan ini disadur dari 'Gadis kopi campur garam' karya Erick Namara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar