Minggu, September 12, 2010

KEDISIPLINAN ONLY TALK NO ACTION ! ! !

Dalam bab XIV pasal 50 ayat 3 undang-undang no.20 tahun 2003, tentang sistim pendidikan nasional yang di sebutkan bahwa pemerintah daerah harus mengembangkan sekolah bertaraf internasional sekurang-kurangnya satu, dan dalam hal ini ponorogo mulai mewujudkannya. SMA 1 yang tahun ini Alhamdulillah bisa masuk ke dalam jajaran Rintisan Sekolah Berstandar Internasional atau yang biasa kita kenal RSBI. Sekolah yang berlambangkan ganesha ini memang menjunjung tinggi pendidikannya, tak khayal SMA 1 ponorogo terkenal sekolah yang favorit dan tak mau kalah dalam hal akademik maupun non akademik. Tentu bukan hal yang mudah untuk menjadikan SMA 1 sebagai SMA RSBI. Perlu melakukan berbagai hal yang untuk mewujudkan semua itu. Mulai dari sekolah harus berakreditasi A, memiliki tenaga kerja yang kompeten dan pelajaran mengunakan pengatar bahasa inggris, kepala sekolah yang berkopenten pula, 30 persen gurunya harus berwalifikai S2, cukupnya sarana dan prasarana, kelas yang multimedia, mempunyai dana yang cukup untuk membiayai pengembangan program RSBI, jumlah kelas minimal sembilan kelas, memiliki akses jalan yang mudah di lalui oleh kendaraan roda empat, lingkungan yang bersih, indah nan rindang dan juga kedisiplinan.
Tapi sayang kedisiplinan SMA 1 ini sangat amat kurang. Terlihat saat pagi hari waktu masuk kelas, saat upacara, dan saat ulangan berlangsung. Semua tata tertib sudah tersusun rapi dan bagus tapi tidak ada penekanan untuk tegas dalam hal disiplin. Sesuai dengan peraturan yang ada jam masuk sekolah adalah jam 07.00 WIB, dan jam 06.
55 semua siswa/siswi harus ada di dalam kelas dan tak ada yang boleh berkeliaran di koridor kelas. Tapi nyatanya jam 07.00 lebihpun bila ada siswa/siswi yang masih berkeliayaran di koridor kelas masih banyak guru yang no comment atau bisa di katakan acuh tak acuh dan tak peduli. Mungkin hanya guru itu-itu saja yang mengingatkan, dan itu hanya mengigatkan tak ada bukti yang nyata dalah hal tindakan.
Saat upacara pun seolah siswa/siswi melakukannya bukan karna rasa sayang kita akan Indonesia atau rasa haru kita pada pejuang-pejuang yang telah berjuang demi kemerdekaan Indonesia kita tercinta ini. Tapi melainkan melakukannya hanya sekedar untuk rutinitas hari pada hari senin. Nyatanya pada saat penghormatan bendera saat upacara masih ada siswa/siswi yang asyik mengosip, dengan tenang memainkan handphonenya sambil sibuk ber-sms ria, atau bercanda. Sampai-sampai mungkin mereka juga takkan mendengarkan apa yang di katakana oleh Pembina upacara. “Apakah mungkin ini yang dinamakan siswa/siswi SMA 1, siswa/siswi RSBI. Semua disiplin itu sudah bagus tapi tidak adanya kesadaran siswa/siswi untuk disiplin dan tidah ada ketegasan dalam hal disiplin. Makanya kalian saat upacara masih ada yang ngomong sendiri.” Tutur salah satu guru kewarganegaraan di kelas XI IPA 4 pada tangal 13 Juli 2009.
Dalam upacara kepala sekolah kita tercinta juga berkata “ kita mampu untuk membuat smaza kita tercinta masuk dalam jajaran RSBI, asal kita semua mau untuk berjuang tidak hanya no action talk only.”. Tapi dalam kenyatan dan tealita yang ada sekolah kita sangat amat kurang dalam hal disiplin. Bukanya saat ini kita semua talk only and no action. Kurangnya ketegasan dalam hal disiplin inilah membuat seolah-olah semua tulisan tata tertib sekolah di semua penjuru tempat SMA 1 hanya sebuah pajangan demi terselengaranya kegiatan belajar mengajar.
Seharusnya semua guru ikut berperan penting dalam hal disiplin. Hukuman untuk anak yang terlambat agak di tambah bukan hanya dengan mencabuti rumput di halaman. Mungkin bagi anak yang terlambat sekolah dan di rumah sering mencabuti rumput, itu adalah hal yang biasa dan mereka tidak punya rasa bersalah atau mereka merasa biasa saja dan rasa untuk tidak mengulangi lagi kemungkinan sangat kecil. Coba pada waktu terlambat sekolah hukumannya adalah meminta tanda tangan pak camat, pak lurah, pak RT dan orang tua, pasti mereka semua merasa jerah dan berusaha untuk tidak melangar peraturan lagi, khususnya dalam hal terlambat datang ke sekolah. Atau dengan cara lain yang lebih efektif selain mencabut rumput di halaman atau di taman sekolah.
Tidak ada salahnyakan kita melakukan suatu hal demi kemajuan sekolah kebanggaan kita, sekolah kita tercinta. Agar sekolah kita juga tetap di anggap sekolah yang anggun secara moral dan berwibawa secara intelektual.

Tidak ada komentar: