Sabtu, Mei 10, 2014

Memulai dan Menyelesaikan

Hari  itu,  penonton  lomba  lari  marathon  sudah  banyak  yang meninggalkan stadion. Kilatan kamera wartawan juga sudah tidak ada lagi. Suasana sudah menjadi cukup sepi. Lombanya  sudah  berakhir?  Belum.  Tiba-tiba,  beberapa  orang  yang masih  di  sekitar  lapangan  stadion  dikejutkan  oleh  bunyi  sirene  yang terdengar  kencang  sekali.  Itu  adalah  sirene  dari  mobil  polisi  yang memasuki  stadion.  Di  belakangnya,  seorang  pelari  setengah  pincang berlari dengan susah payah memasuki stadium Olympic Mexico City yang sudah berangsur gelap. Ya, Anda tidak salah membaca. Memang pelarinya setengah pincang.
Pelari tersebut terlibat insiden kecelakaan fatal dengan pelari lainnya pada  awal  perlombaan  lari  marathon.  Ia  diminta  berhenti  berlari karena  darahnya  berceceran.  Anda  tahu,  ia  menolaknya.  Ia  tetap berusaha berlari menuju garis akhir walau sudah lebih dari satu jam, pemenangnya  bahkan  sudah  ditentukan.  Dan  tentu  saja,  dengan setengah terpincang. Namanya  John  Stephen  Akhwari  dari  Tanzania.  Dia  adalah  pelari terakhir  yang  memasuki  garis  finis  dalam  kondisi  stadion  sudah  sepi dan berangsur gelap.

 Anda tahu apa yang dikatakannya ketika seseorang bertanya ‘kenapa dia tidak berhenti saja’? Ini jawabnya.“Negara  saya  tidak  mengirim  saya  ribuan  mil  hanya  untuk memulai  pertandingan,  mereka  mengirim  saya  ribuan  mil  untuk menyelesaikannya.”
(Disadur dari kisah nyata John Stephen Akhwari)
-----------------------
Di luar sana, selain kita ada banyak sekali yang memulai sesuatu, sama seperti  kita.  Yang  berbeda,  hanya  apa  yang  dilakukan.  Dan,  mereka ingin menyelesaikannya juga, sama seperti kita.Jadi,  kita  tidak  sendirian  dalam  berjuang.  Tidak  pernah  sendirian. Maka,  kapan  pun  kita  ingin  menyerah,  berhenti,  atau  melupakan semua, ingat lagi tujuan kita kenapa kita memulainya. Juga, ingat lagi bahwa  kita  tidak  sendirian.  Kita  berjuang  bersama  di  seluruh  dunia untuk  menyelesaikan  apa  yang  masing-masing  kita  mulai.  Kalaupun kita jatuh, banyak juga yang mengalaminya. Tetapi, banyak juga yang bangun lagi, dan berusaha lagi untuk menyelesaikannya.
Lagi pula, Tuhan tidak mengirimkan sesuatu agar kita hanya memulainya. Tentu  saja  Tuhan  mengirimkan  itu  untuk  kita  selesaikan.  

Bukankah begitu? Sejak semula, ketika pertama kali kita memulai sesuatu, juga karena ingin menyelesaikannya, bukan?
Kalau  begitu,  ayo  kita  selesaikan  apa  pun  yang  sudah  kita  kerjakan. Jangan  menunda  berlama-lama.  Mimpi  dan  masa  depan  kita, ditentukan oleh apa pun yang kita lakukan setiap hari, setiap menit, dan detiknya.
Kita tidak pernah sendirian dalam menyelesaikan apa yang sudah kita miliki. Sebagian besar orang di seluruh dunia, juga sdang melakukannya dalam waktu yang sama meski bentuk perjuangannya berbeda-beda.

*Tulisan ini disadur dari 'Gadis kopi campur garam' karya Erick Namara


Tidak ada komentar: